Hampir sebagian besar dari kita pernah dikunjungi oleh seorang atau beberapa orang dari bagian sales promotion suatu perusahaan yang menawarkan produknya. Dengan penampilan yang menarik dan gaya berbicara yang membujuk salesman/girl tersebut melancarkan komunikasinya. Pertama-tama dia akan memperkenalkan namanya, mewakili perusahaan mana dan sedang menawarkan produk tertentu, kemudian salesman/girl tersebut akan berbicara banyak, dengan gayanya yang menarik yang bersifat informasi dan persuasi, tentang keunggulan dari produk yang ditawarkan. Ia akan mencoba membangkitkan kebutuhan kita dan menghubung-hubungkan kebutuhan tersebut dengan keberadaan produk yang ditawarkan, sehingga kita dibuatnya menjadi semakin tertarik. Bahkan tidak segan-segan para salesman/girl tersebut memberikan demo agar keunggulan produknya dapat terlihat, dan juga terkadang memberikan jaminan atau garansi atas produk yang ditawarkannya. Mereka tidak kenal lelah dan menyerah apabila ternyata orang yang dikunjunginya tidak jadi membeli produknya. Para salesman/girl tersebut akan berupaya mencari pembeli lain, yang terpenting bagi mereka adalah orang yang dikunjungi setidak-tidaknya telah mengetahui bahwa ada suatu produk yang ditawarkan, siapa tahu suatu saat orang tersebut butuh dan tergugah untuk membelinya.
Analog dengan aktivitas para salesman/girl tersebut adalah aktivitas para penyuluh. Artinya, bila aktivitas para salesman/girl tersebut kita kaji, maka terlihat adanya kemiripan dengan aktivitas tugas penyuluh yaitu memperkenalkan dan menawarkan suatu produk. Bedanya produk yang ditawarkan atau dipromosikan oleh salesman/girl biasanya adalah alat-alat yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi dan rumah tangga yang bersifat jangka pendek, sedangkan yang ditawarkan oleh agen prubahan atau penyuluh pada umumnya bersifat jangka panjang berupa inovasi dan/atau program-program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bermanfaat bagi masyarakat demi peningkatan kesejahteraan mereka.
Komunikasi Sales Promotion/Penyuluhan adalah Komunikasi Persuasi
Baik para salesman/girl maupun penyuluh mempunyai tujuan tertentu ketika menawarkan produknya. Salesman/girl mengharapkan produk yang ditawarkannya akan terjual atau dibeli, penyuluh mengharapkan pesan pembangunan yang disampaikannya dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dan terlaksana, maka salesman/girl maupun penyuluh, membutuhkan pengetahuan dan keterampilan komunikasi persuasi yang baik.
Demi berhasilnya komunikasi persuasi perlu dilaksanakan secara sistematis. Efffendi (2000), menyatakan bahwa dalam melaksanakan komunikasi persuasi, seorang komunikator (salesman/girl atau penyuluh) perlu melalui tahapan-tahapan, yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan. Tahapan-tahapan tersebut disingkat dengan AIDDA (attention, interest, desire, decision, dan action).
A (Attention) – Pesan harus dapat menarik perhatian. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan perhatian sasaran penyuluhan (masyarakat).
I (Interest) – Bagaimana menimbulkan minat. Kaitkan pesan dengan kepentingan atau kebutuhan sasaran penyuluhan.
D (Desire) - menimbulkan hasrat atau kegairahan. Perlu dilancarkan pendekatan-pendekatan yang menggunakan himbuan emosional seperti membujuk, merayu. Yang pada akhirnya ketiga tahapan tersebut akan sampai pada pembuatan keputusan.
D (Decision) - keputusan. Pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, yaitu sikap setuju atau tidak setuju. Persuasi berhasil apabila keputusan yang diambil masyarakat (kelayan)mengarah pada sikap setuju terhadap apa yang disampaikan oleh penyuluh.
A (Action) – Tindakan. Melaksanakan apa yang disampaikan oleh penyuluh atau bahkan meninggalkan/menolak.
Komunikasi persuasi didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan (appearance) ketika menghadapi khalayak Senyum yang tersungging pada wajah yang cerah sudah dapat menimbulkan perhatian sasaran suluh. Atau dengan aktivitas lainnya layaknya tukang obat di pinggiran jalan, yaitu sebelum menawarkan dagangannya tukang obat tersebut menyuguhkan suatu atraksi yang membuat orang di sekitarnya tertarik untuk menonton.
Apabila perhatian sudah berhasil terbangkitkan kini menyusul upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan dan kebutuhan kelayan/sasaran suluh.Oleh karena itu, komunikator/penyuluh harus mengenal siapa kelayannya yang dihadapinya, ”know your audience”.
Tahap berikutnya adalah memunculkan hasrat pada sasaran suluh dengan melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan. Di sini imbauan emosional perlu ditampilkan oleh penyuluh, sehingga pada tahap berikutnya sasaran suluh mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan.
2 komentar:
mas adi....blog yang padat dengan tema penyuluhan pembangunan ini bagus sekali....saya ingin bertanya dalam tulisan lainnya ada urutan AIDA yakni awareness,interest,desire, and action (AIDA).....apa bedanya ya dengan urutan attention,interest,desire,decision, and action (AIDDA)....apakah ini pengembangan dari AIDA menjadi AIDDA?......
AIDA dan AIDDA, Pada prinsipnya sama. Namun dengan pertimbangan bahwa biasanya tindakan sadar yang diambil oleh seseorang biasanya selalu diawali dengan keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat (menimbang-nimbang sampai dengan mengambil keputusan. Setelah memutuskan baru kemudian dilanjutkan dengan bertindak sebagai follow up dari keputusan.
Posting Komentar